Behold…. His Mercy

In English & Bahasa ( Indonesian)

I do not know and I will never know what Jesus wrote on the ground at this historical moment.  Could it be “Your sin is forgiven” or “I know what you have done” or “I am the Saviour sent by My Father in heaven “. Whatever it is all I know, He is the gate that brings us to repentance in the power of His love and mercy.

John 8 : 2-11

Now early in the morning He came again into the temple, and all the people came to Him; and He sat down and taught them. Then the scribes and Pharisees brought to Him a woman caught in adultery. And when they had set her in the midst, they said to Him, “Teacher, this woman was caught in adultery, in the very act. Now Moses, in the law, commanded us that such should be stoned But what do You say?” This they said, testing Him, that they might have something of which to accuse Him. But Jesus stooped down and wrote on the ground with His finger, as though He did not hear.

So when they continued asking Him, He raised Himself up and said to them, “He who is without sin among you, let him throw a stone at her first.” And again He stooped down and wrote on the ground. Then those who heard it, being convicted by their conscience, went out one by one, beginning with the oldest even to the last. And Jesus was left alone, and the woman standing in the midst. 10 When Jesus had raised Himself up and saw no one but the woman, He said to her. “Woman, where are those accusers of yours? Has no one condemned you?”

11 She said, “No one, Lord.”

And Jesus said to her, “Neither do I condemn you; go and sin no more.

The woman was caught in adultery dragged and brought to Jesus by a group of Pharisees and scribes. They accused her of breaking one of the Ten Commandments. They used the woman as an object and they were eager to see this moment as an opportunity to test Jesus. Should Jesus release the woman he might be charged of breaking God’s law, should He agree with a death penalty against the woman He could be accused by the Romans authority of breaking their law.

According to the law in punishment by stoning the witnesses should be the first to cast a stone. In bringing charge against the woman the rabbis overlooked the full condition of the law  in this case the guilty parties must be equally punished.

In fear and tremble the woman hoped for the Saviour’s mercy but she knew she would soon have to face the consequences of her action. When she heard Jesus  words He who is without sin among you, let him throw a stone at her first” silently she thought this was her final moment and she waited while all public eyes were fastened towards her.

She saw her accusers slowly departing one by one in guilt and conviction in their hearts. They realised that there is nothing they could hide from the Creator of justice and peace. He knows all actions, thoughts and desires of man.

Jesus commanded the woman to go and live a better life. As she wept cast herself at His feet she confessed her sin, her heart was filled with gratitude of His mercy and compassion. The Saviour had saved her and gave her hope when He saidNeither do I condemn you; go and sin no more.”

God cannot be judged nor be tempted by anyone. Not only Jesus pardoned the woman’s sin, to her accusers He brought up conviction of their wickedness, the hidden iniquities in their hearts which pointing their fingers to others while they themselves conspired to kill Him. As children of God we must not judge nor condemn others, but rather give all our matters to God. We must pray and seek direction to solve every conflict in our lives.

Like the woman, those who are sinning before God, would they come to Jesus to repent? Christ didn’t come to condemn but to save souls. The world’s Redeemer accepts men as they are with all their weaknesses and their imperfections and their failures. He is the One who can erase their painful experiences in the pass, heal their heart and give them hope that cannot be destroyed. He will not only cleanse us from sin and redeem us through His blood, He will remove the sense of guilt and unworthy that bound us. When He dwells in our hearts His love and joy of communion with Him will fill our soul. Those who give themselves as living sacrifice and abide in His word shall manifest His beauty of righteousness. The influence of the Holy Spirit shall renew our heart and the power of His love shall transform our character. His Spirit shall raise our desires and thoughts toward heaven. We must learn to give up all that would draw away our heart and separate our soul from Him. His word says that we cannot be His disciple unless we forsake all.

 “So likewise, whoever of you does not forsake all that he has, cannot be My disciple.  (Luke 14 :33 – NKJV)

He is the way, the truth and the life. In Him we are new creation living in His resurrection power.

Let it be our prayer today to gain a deeper understanding of the power of His Salvation through His blood on the Cross, the evidence of His infinite mercy.

 Lihatlah …Pengampunan-Nya

Saya tidak tahu dan tak akan pernah tahu apa yang Yesus telah tuliskan di tanah pada kejadiaan yang bersejarah itu. Mungkinkah tertulis “ Dosamu telah diampuni “ ataukah “ Aku tahu akan apa yang telah engkau lakukan “ atau mungkin “ Aku adalah Jusrus selamat yang telah diutus Allah Bapa “. Apapun itu yang Yesus tuliskan yang saya tahu Dia adalah pintu gerbang yang membawa kita semua pada pertobatan dalam kuasa kasih dan pengampunanNya.

Yohanes 8 : 2-11

Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”
Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Wanita yang tertangkap pada saat melakukan perzinahan dibawa dan diseret kehadapan Yesus oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka menuduhnya telah melakukan pelanggaran salah satu dari 10 hukum Allah yang diberikan melalui Musa. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sengaja memakai perempuan wanita tersebut sebagai obyek dalam kesempatan ini untuk mencobai Yesus. Apabila Yesus membebaskan perempuan tersebut maka Dia akan dituduh telah melanggar Hukum Allah dan apabila Dia menyetujui hukuman atas perempuan itu maka Dia akan dituduh melanggar otoritas pemerintah Roma (menghukum tanpa proses pengadilan).

Berdasarkan hukum Taurat saksi utamalah yang haruslah melempar batu pertama kali pada pihak tertuduh. Dalam melemparkan tuduhan dan hukuman terhadapnya para ahli Taurat tidak malaksanakan apa yang tersebut dalam hukum  sepenuhnya karena seharusnya kedua belah pihak yang bersalah harus sama sama mendapat hukuman yang seimbang.

Dengan penuh ketakutan dan gemetar perempuan  itu  berharap pengampunan Jurus Selamat Yesus, namun dia pun menyadari akan akibat dari pelanggaran yang harus dia hadapi. Pada saat dia mendengar Yesus berkata : “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada  perempuan itu” terdiam dan tak berdaya  dia berfikir bahwa ini adalah saat kematiannya sementara setiap pasang mata memandangnya.

Satu persatu orang –orang Farisi meninggalkan tempat itu dengan rasa bersalah. Mereka menyadari bahwa tak ada yang dapat mereka sembunyikan di hadapan Pencipta keadilan dan kedamaian. Dia mengetahui segala keinginan, pemikiran dan keinginan manusia.

Yesus memerintahkan perempuan itu untuk pergi dan menjalani kehidupan yang baik. Bersimpuh dan menangis di kaki Yesus dia mengakui dosa dengan hati yang penuh bersyukur dan berterima kasih atas pengampunanNya. Yesus telah menyelamatkan perempuan itu dan memberinya harapan hidup baru pada saat Dia  berkata “Akupun tidak menghukum engkau.

Tuhan tidak dapat dihakimi dan dicobai oleh siapapun. Bukan hanya Yesus memberikan pengampunan pada perempuan tersebut, namun Dia juga telah membuat orang –orang Farisi merasa terhakimi dan tertuduh atas kemunafikan hati dan perbuatan mereka menuntut hukuman pada orang lain namun mereka berencana untuk membunuh Yesus.

Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak boleh menghakimi dan berprasangka buruk terhadap orang lain namun  dengan doa harus kita berikan segala kasus kepada Allah Tuhan kita memohon petunjuk dalam memecahkan segala konflik dalam hidup kita.

Seperti perempuan tersebut, mereka yang telah melakukan dosa maukah datang pada Yesus untuk bertobat.? Yesus datang tidak untuk menghakimi namun menyelamatkan jiwa manusia. Jurus Selamat dunia menerima manusia dengan segala kelemahan, ketidaksempurnaan dan kegagalan mereka apa adanya. Dialah yang dapat menghapuskan segala pengalaman yang menyakitkan, menyembuhkan hati yang terluka dan memberikan harapan yang tak dapat dihancurkan. Bukan hanya Dia menghapuskan dan menebuskan dosa manusia dengan darahNya Dia juga yang dapat menghapuskan rasa bersalah dan tak berharga yang membelenggu hidup manusia.

Pada saat kuasa Kristus bernaung di hati kita maka kasihNya dan suka cita dalam persekutuan denganNya akan mengisi jiwa kita. Mereka yang telah memberikan hidupNya dan selalu mematuhi firman-firmanNya, maka keindahan kemuliaanNya akan terlihat pada kehidupan mereka. Roh Kudus akan terus memperbaharui hati mereka dan merubah kharakter mereka menjadi seperti diriNya. Keinginan dan segala pemikiran yang menuju pada sorgawi akan bangkit di hati mereka. Kita harus belajar memisahkan diri dari segala hal yang menjauhkan hati kita dan memisahkan jiwa kita dari Kristus. Firman Tuhan mengatakan bahwa kita tidak akan dapat menjadi pengikutNya tanpa melepaskan segalanya.

“Demikianpulalah tiap- tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:33)

Dia adalah kehidupan dan jalan kebenaran. Dalam Dia kita lahir dan memilki kehidupan yang baru dalam kuasa kebangkitanNya.

Biarlah menjadi doa kita untuk  mendapatkan pengertian yang lebih dalam lagi akan kuasa akan keselamatan Allah melalui darah Kristus  di kayu salib merupakan  adalah bukti akan pengampunanNya yang tak terbatas.